Mabar, fajartimor.net-Berpacu dengan sejumlah persoalan hidup, setelah ditinggal Sang Ayah pada tahun 1975, rupanya telah membentuk karakter dan ethos kerja, seorang Jhon Kadis.
Berawal dari seorang Joki Kuda Pacuan, Jhon Kadis anak seorang guru kala itu, mulai memahami arti perjuangan hidup. “Dulu, ayah saya punya seekor Kuda tunggangan. Kuda itu sering di tunggangi ayah entah ke sekolah ataupun ke ladang garapan. Diam diam, saya belajar menunggangi kuda tersebut. Alhasil, saya kemudian menjadi Joki Kuda yang ikut diperhitungkan”, aku Jhon Kadis.
Darah Bangsawan Tana Dading Manggrai (Manggarai Barat) yang diturunkan dari Sang Ibu (Martha Mael almarhumah), tidak kemudian membuat dirinya menjadi seorang anak yang hanya bisa berdiam diri dan berpangku tangan. Dorongan untuk mengerti arti hidup yang sesungguhnyapun ditumbuhkembangkan saat dirinya (Jhon Kadis) mengenyam pendidikan di Seminari Kisol. “Di Seminari kisol, banyak hal yang saya dapat. Selain budi pekerti, hidup doa yang baik, saya juga mendapatkan pengalaman tentang tata kerja dengan sejumlah bentuk pertanggung jawabannya. Saya lalu menamatkan studi di Seminari Pius XII Kisol pada tahun pelajaran 1974-1977. Saya kemudian mencoba cara hidup baru dengan melanjutkan studi di Universitas Udayana Bali”, terang Jhon Kadis.
Hidup penuh tantangan yang kompleks justru benar dirasakan seorang Jhon kadis tatkala di Bali. Namun berbekal sejumlah ilmu pengetahuan dan budaya kerja yang didapatnya di Seminari Kisol, Jhon Kadis justru mampu keluar dari terjangan zaman. “Selain kuliah, saya juga ikut membantu diri saya, dengan bekerja sebagai penjaga toko di pulau Dewata. Kepercayaan yang diberikan pemilik usaha tersebut rupanya membuahkan hasil. Saya kemudian didaulat sebagai karyawan berprestasi. Dan berbekal kepercayaan tersebut, uang yang saya dapat dari hasil kerja, saya gunakan selain untuk keperluan keseharian, saya juga sisihkan untuk membiayai kuliah saya. Hasilnya, saya berhasil menamatkan studi pada tingkat jenjang strata S1, sarjana hukum tahun 1986”, urai Jhon Kadis.
Dari berjalan tanpa kasut (jalan kaki), Menunggang Kuda, Memenage uang di Keuskupan Ruteng, menjadi penjaga Toko yang dipercaya di Bali, berujung ke studi Akademis S1 Sarjana Hukum, Jhon Kadis justru diterima sebagai karyawan Bank Central Asia yang terpercaya. Karena keuletan dan kemampuannya itu, Bank Artha Graha Internasional pun memintanya untuk bergabung, tatkala dirinya memasuki usia pensiun di BCA. Bisa dibilang pengalaman hidup seorang Jhon Kadis bak dari Duri duri menuju Bintang bintang.
Pahit manis dan getirnya ziarah hidup warga dan masyarakat Tana Dading Manggarai (Manggarai Barat) seakan tak lekang di relung relung relung perjuangan seorang Jhon Kadis. Semboyan melayani tanpa kenal waktu dan batas usia, menjadi nilai ontologis-nya. Dalam keterbatasan dukungan partisan, Jhon Kadis mengayu Asa, untuk memenuhi panggilan Ibu Pertiwi, Tana Dading Manggarai (Manggarai Barat). “Jika nantinya dipercaya, saya berkewajiban membangun kemandirian warga Tana Dading Manggarai (Manggarai Barat), termasuk menyiapkan calon calon pemimpin masa depan berkarakter seperti Gubernur DKI Jakarta”, tegas Jhon Kadis.
Tawaran melayani masyarakat Tana Dading Manggarai (Manggarai Barat) sangat beralasan. Karena seorang Jhon Kadis juga memiliki segudang pengalaman kepemimpinan antara lain: Training Kepemimpinan Bank Central Asi di Jakarta bulan Mei 2004, Training for the trainer bank BCA di Surabaya 1992 (untuk menjadi instruktur intern bank), Training akutansi eksekutif perbankan BCA di Surabaya thn 1993, Training kepemimpinan petusahaan BCA di Jakarta thn 1995, Training kepemimpinan tingkat menengah di Bali dan tingkat nasional PMKRI ( Perhimpunan Mahasiswa Katolik Indonesia), Mengikuti kursus bahasa Inggris tingkat advance di IALF Denpasar ( Indonesia Australia Language Foundation) bulan Juni – Agustus 2001, Training kepemimpinan yang diselenggarah oleh Fakultas Hukum Univ.Udayana thn 1984, Training tentang analisa dan investigasi kredit di Bank Artha Graha Internasional di Jakarta thn 1999. (ft/tdm)