Kupang, fajartimor.net – Program Gubernur-Wakil Gubernur, Viktor Bungtilu Laiskodat-Yosef Nae Soi tentang pariwisata sebagai prime mover dalam kaitan dengan kebudayaan, disikapi Dinas Kebudayaan dengan usaha memperkuat fisik wisata alam, wisata budaya dan wisata rohani.
Tiga hal ini mesti diperkuat fisiknya, diikuti perkuatan eksistensinya agar pada gilirannya, punya kesiapan menerima kunjungan touris Manca Negara dan Domestik, tandas Sinun Petrus Manuk, di akhir penjelasannya soal urusan seputar kebudayaan dan pengaruh positifnya kepada fajartimor, Kamis (13/12/2018) belum lama ini.
Menurut Calon Pemimpin Masa Depan Lomlen-Lembata tersebut, penguatan destinasi wisata terutama wisata budaya, menjadi target program.
“Kami usulkan ke depan, walaupun belum didukung dengan anggaran tapi paling tidak konsep itu kami sudah usulkan ke tim anggaran pemerintah daerah dan itu belum diakomodir, jelas ada tekad besar mendukung program pariwisata Gubernur-Wakil Gubernur, Viktor Bungtilu Laiskodat-Yosef Nae Soi”, tegas Sinun Petrus.
Kerja besar mendukung program Gubernur-Wakil Gubernur kini diperparah dengan daftar panjang, sejumlah Kampung adat yang terbakar dan butuh penguatan kembali.
“Kita juga sedang membenahi dan membangun kembali kampung-kampung adat yang terbakar selama ini. Ada kampung adat Tarung Sumba Barat yang terbakar, lalu kampung adat Guru Sina di Bajawa bersebelahan dengan kampung adat Bena, lalu kampung adat Bodo Maroto Sumba Barat, lalu kampung adat di Ngela Ende. Data Dinas, total kampung adat yang terbakar sekitar 9”, ungkap Sinun Petrus.
Ada Bantuan dari Kementerian Kebuadayaan, namun dinilai sebagai yang belum mampu menyelesaikan persoalan.
“Memang ada bantuan dari kementerian kebudayaan melalui Dirgen Kebudayaan dengan alokasi dana sebesar Rp 2, 5 miliar untuk Guru Sina tapi belum cukup karna baru fisik belum ritualnya”, jelas Sinun Petrus.
Lebih jauh dijelaskan, Prosesi budaya penangkapan Ikan Paus di Lamalera, Lomlen – Lembata masih sangat membutuhkan perhatian serius dari Pemerintah dan stake holder.
“Levang Nua, prosesi budaya yang sudah turun temurun selama 600 tahun yang masih terpelihara hingga saat ini, perlu didukung dengan penyediaan akses jalan yang baik, Dibangunnya home stay, diikuti dengan tata krama bersari keramahan penduduk saat menerima, mendampingi mengawal juga menjaga sepanjang suguhan prosesi adat. Ini contoh yang hari ini sudah dibuat di Lamalera”, ucap Sinun Petrus.
Ditambahkan, hampir di semua kabupaten punya festival. Tiap tahun semua kabupaten itu buat festival tapi dalam rapat kebudayaan di tingkat provinsi NTT ada penegasan soal seluruh rangkaian kegiatan besar ini boleh ditawarkan ke manca negara agar pada gilirannya ada manfaat ekonomis.
“Kita buat jadwal seperti Fulan Fehan di Belu-Malaka, festival Nubun Tawa di Flores Timur. Labuan Bajo ada festival Caci. Ende ada fesival kelimutu, Bung Karno, ada juga festival Tiga Gunung di Lembata, tarian Bonet di TTS. Sementara khusus Reba di Ngada tidak bisa berubah karena acaranya tetap dari bulan Januari sampai akhir Februari. Jadi ketika ada jadwal dari Januari sampai Desember, kita minta pariwisata jual ke manca negara, ke hotel-hotel, ke agen-agen perjalanan. Hitungannya ada manfaat ekonomis dari ekotourism tersebut”, tandas Sinun Petrus.
Ada desain besar yakin Kadis sejuta ide tersebut dari cerita memajukan kebudayaa NTT yaitu dibuatnya miniatur kampung adat NTT pada area Museum Dinas setempat.
“Semua kabupaten punya. nah ini kita desain land scapenya, airnya, listriknya, tapi untuk bangun rumah adatnya saya bekerja sama dengan fakultas teknik Unwira. Dia gambar, hitung RAB, kemudian kita tawarkan ke para Bupati dan beberapa kepala dinas yang saya sudah diskusikan, mereka begitu antusias dan sangat siap menerima tawaran tersebut. Saya bilang kita bangun bukan pakai pola pameran di Fatululi. Tapi yang kita bangun adalah rumah adat sesungguhnya dalam bentuk mini. Ketika orang datang melihat ini mereka tergelitik hatinya, tertarik lalu tergerak untuk mendatangi Kabupaten sesuai life planningnya berdasarkan nilai interesannya. Begitu”, tutup Sinun Petrus sekaligus menambahkan inisiasi besarnya membuka Kampung Seni demi menampung dan melestarikan kemampuan bakat bernyanyi juga seni budaya lokal NTT agar terjaga dan terlindungi. Harapan besarnya menjadi yang terdepan di Indonesia juga Manca Negara. (Ft/Boni) selesai…