Kupang, fajartimor.net-Ide brilian Gubernur Frans Lebu Raya, seakan tenggelam di telan arus zaman. Program program unggulan yang diretas pasca kepemimpinan Frenly, seolah berjalan di tempat.
Seiring perjalanan waktu, ditengah arus kecaman publik, dunia pariwisata NTT, justru terus mendapat perhatian dan sorotan dunia internasional.
Program gerakan konsumsi pangan lokal harusnya menjadi poros tergeraknya sejumlah kreatifitas rakyat senusa. Sinergi antar SKPD dalam rangka menjemput intisari program Gubernur Lebu Raya kian digalahkan.
Terkait lemahnya daya serap sejumlah SKPD atas ide besar tersebut, adalah seorang Jhon Waleng, Kabag Administrasi Kerjasama Biro Ekonomi Setda Provinsi Nusa Tenggara timur yang berhasil dimintai tanggapannya Jum’at (31/7) mengatakan program unggulan Gubernur Lebu Raya semestinya sudah dipahami setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Satuan Kerja yang dipandang dapat memicu sinergi Satuan Kerja Lainnya, lanjut Waleng, adalah Dinas pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
“Harusnya, dinas Pariwisata dan ekonomi kreatif, jauh jauh hari, sudah dan sementara menggalakkan konsumsi pangan lokal siap saji pada seluruh Hotel dan Restoran yang tersebar di 22 Kabupaten/Kota se-NTT)”, jelas Waleng.
Menurut Waleng, konsumsi pangan lokal siap saji, selain sehat dan bergizi tinggi, diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi NTT berbasis ekonomi kerakyatan.
“Jika kemudian permintaan bahan baku makanan lokal menjadi yang utama di seluruh Hotel dan Restoran se-NTT, maka dengan sendirinya, akan menggerakkan masyarakat (Petani dan Nelayan), untuk terus bergiat dalam menggeluti usahanya. Karena Hemat saya, program konsumsi pangan lokal Gubernur Lebu Raya, adalah berbasis ekonomi kerakyatan. Ini Intisarinya”, tegas Waleng.
Ikutannya lanjut Waleng, home industri tenun ikat NTT, yang juga menjadi program prioritas Gubernur Lebu Raya, harus bisa menembus area pelayanan di seluruh Hotel dan Restoran se-NTT.
“Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, harus mampu mengkomunikasikan tenun ikat NTT, baik di Hotel hotel maupun di Restoran restoran. Caranya, mewajibkan seluruh PNS, karyawan Swasta, BUMN, memakai motif daerah pada hari Rabu dan Kamis, sedangkan khusus karyawan Hotel dan Restoran, wajib hukumnya memakai pakain motif daerah yang berciri khas NTT pada setiap hari kerja. Karena dengan demikian harapan akan ekonomi berbasis kerakyatan yang menjadi impian Gubernur Lebu Raya dapat terwujudkan”, terang Waleng.
Untuk capaian maksud tersebut jelas Waleng, dibutuhkan regulasi yang nantinya bisa mempercepat dukungan kerja sama antar pemerintah, petani nelayan dan indusri kecil motif daerah tenun ikat.
“Birokrasi kini, harus berubah pola. Rapat rapat yang penuh dialektika, dan dinamika idea idea bukan zamannya lagi. Masyarakat butuh pelayanan nyata. NTT terkini sudah harus bangkit dari keterpurukan. Salam Flobamora”, pungkas Waleng. (ft/Bony)