Fajartimor.com – Derap langkah politik seorang Kornelis Soi di belantika politik PDI Perjuangan rupanya bertabur nuansa kesetiaan. Ibarat ‘Tabula Rasa’ (bongkahan es putih – kepolosan), dirinya mau saja dipecundangi. Dan begitulah warna kerendahan hati Sang Setia dari Negeri Tarian Ja’i.
Kesetiaan sering disejajarkan dengan kejujuran, keteladanan, kepatuhan, rela menerima, rela berkorban dan penuh kerendahan hati. Ibarat Tarian Ja’i, anda bisa di depan, di belakang, di tengah. Bisa juga maju dan mundur dengan dibarengi sejumlah gerakan hentakan kaki dan tangan bersari kekhasan seni. Sesekali anda juga akan disuguhkan teriakan variatif tapi kemudian hilang ditelan bunyi Gong dan lantunan syair.
Lama berkiprah bersama PDI Perjuangan, tidak lantas membuat seorang Kornelis Soi jemawah (sombong).
Dia justru terus saja setia dan selalu mengedepankan titah dan amanat partai besutan Megawati Soekarnoputri.
Harus diakui sebagai pengurus partai dari masa ke masa, Sang Setia dari negeri para penari Ja’i ini, banyak menyumbangkan pikiran dan tenaga untuk kemajuan Nusa Tenggara Timur.
Kepercayaan besar dari partai, ia jalankan dengan penuh tanggungjawab. Sebagai utusan rakyat dan partai di parlemen Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kornelis Soi justru hadir dan setia mengawal seluruh pelaksanaan anggaran keberpihakan kepada rakyat.
Kesetiaannya yang tanpa sarat memang berbuah pengorbanan. Dalam kepolosan kerja, Sang Setia ini, yang masih aktif sebagai anggota DPRD NTT, mau saja dipaksa bertarung melawan Bupati Incumben Marianus Sae di daerah asalnya (Ngada-Bajawa).
Berbekal petarung banteng, janji manis, dan peluruh hampa, dirinya justru dibuat tak berkutik tatkala di medan laga.
Dia kemudian kembali ke peraduannya di Kupang. Uniknya, dia pun mau saja menjadi staf ahli yang diperbantukan di fraksi PDI Perjuangan. Aneh tapi itulah faktanya.
Karena kesetiakawanan yang tinggi dengan mengesampingkan kepentingan pribadi, Kornelis Soi rupanya mengambil jalur calon DPD RI di pemilu legislatif 2019.
Hasilnya perolehan suara yang berhasil di kumpulnya secara pribadi di Ngada khususnya adalah sebesar 30,718 suara.
Langkahnya ke Senayan urung dan dia harus lagi menerima kenyataan kembali ke induk semangnya (DPD PDI Perjuangan NTT).
Pada Konfercab dan konferda PDI Perjuangan hal yang unik lagi terjadi. Sang Setia (Kornelis Soi), berketetapan hati dan memilih menjadi pengurus di DPC PDI Perjuangan Ngada. Dirinya kini dipercaya sebagai Ketua Bappilu (Badan Pemenangan Pemilu).
Hari ini, jelang Pemilu Kepala Daerah serentak tahun 2020 untuk masa bhakti kepala daerah dan wakil kepala daerah periode 2021-2026, hal yang unik lagi terjadi. Sang Setia (Kornelis Soi) rupanya bersedia menjadi pendamping Helmut Waso sebagai bakal calon Wakil Bupati.
Perolehan kursi major di Parlemen Ngada, Ia posisikan sebagai sebuah kepercayaan besar rakyat.
Bersama Maria Lali, S.E, Ketua DPC PDI Perjuangan Ngada, hal unik yang ingin sekali ditunjukan adalah semangat kesetiaan melayani rakyat yang diikuti dengan frase penyangkalan diri. ‘Malayani diri adalah penting. Namun lebih penting adalah melayani rakyat dengan kesetiaan dan pengorbanan yang tinggi’.
Memang kesetiaan itu mahal harganya. Namun begitu juga akan indah pada waktunya.
Setia memang sejalan dengan kejujuran, keteladanan, kepatuhan, rela menerima, rela berkorban. Ibarat tarian Ja’i, terkadang di depan, di belakang, di tengah diiringi hentakan kaki dan tangan juga teriakan.
Bagi Kornelis Soi, teriakan, hentakan kaki dan tangan dari rival (lawan) politik termasuk teman sejawat adalah kekayaan. ‘Manis jangan cepat di telan. Pahit jangan cepat di buang’. Kini Partai dan rakyatlah yang menentukan. (**)