Mama-mama Renteng Kota Kupang : ‘SPK Renteng Dooo’

  • Share

Kupang, fajartimor.net – SPK Renteng Dooo’. Begitulah spot ungkapan permohonan tanggung renteng dari mama-mama (ibu rumah tangga) Kota Kupang, belum lama ini kepada Calon Gubernur nomor urut 3, Simon Petrus Kamlasi.

Karena mama-mama tersebut sadar bahwa yang mampu mengeluarkan mereka dari jeratan layanan jasa keuangan dengan branding dan semangat tanggung renteng dan kini terus saja menjelma menjadi virus mematikan hanyalah seorang Simon Petrus Kamlasi.

“Terus terang sudah sekian tahun, kami mama-mama menjadi anggota usaha simpan pinjam di Koperasi Mekar, TLM, Amarta, Komida, BTPN dan lainnya. Kami di kasih pinjaman dari nilai kecil hingga nilai besar. Pengembaliannya setiap Minggu dengan semangat tanggung renteng”, jelas mama-mama tersebut.

Dijelaskan juga bahwa nilai pinjaman di mulai dengan pinjaman sebesar Rp 5 juta baik di Koperasi TLM, Mekar dan Amarta khusus di Kota Kupang.
Model pengembalian/angsurannya, di Koperasi Amarta dan Mekar sebanyak 50 Minggu masa pengembalian, sedangkan Koperasi TLM sebanyak 47 Minggu.

“Angsuran per minggu-nya khusus Amarta sebesar Rp 133.700. 00. Diikuti Mekar sebesar Rp 132.000.00. sedangkan TLM sebesar 136.000.00.
Jika satu orang mama membuka pinjaman pada tiga unit layanan jasa keuangan tersebut maka setiap Minggu, mama tersebut harus punya uang angsuran sebesar Rp 401.700.00 plus uang tanggung renteng atau istilah mama-mama renteng, uang jaga-jaga”, urai mama-mama tersebut.

Awalnya berjalan lancar. Namun dalam perjalanan pengembalian, banyak saja masalah yang muncul. Sementara petugas tidak ambil pusing.

“Saat pengembalian angsuran, ada saja mama-mama peminjam yang tidak punya uang, kekurangan uang angsuran dan bahkan menghilang atau tidak hadir. Petugas penagih tidak ambil pusing. Dia (petugas) hanya akan kembali ke unit koperasi jika uang angsuran sudah terpenuhi atau sudah ditanggung renteng oleh anggota kelompok yang hadir”, ungkap mereka.

Kondisi seperti ini justru perlahan memicu kerenggangan sosial bahkan pertikaian dalam rumah tangga.

“Jika setiap pengembalian angsuran pada setiap minggunya masih saja terjadi renteng pada orang yang sama maka jelas memicu perselisihan dan pertikaian. Yang berkembang belakangan ada juga kekisruhan dalam rumah tangga karena suami yang terlanjur acuh dan apatis”, terang mereka.

Dijelaskan lebih jauh, mama-mama tersebut kemudian membuka pinjaman dengan menggabungkan diri pada kelompok Mekar, Amarta, TLM, BTPN, Komida juga lainnya karena tuntutan biaya hidup, anak sekolah, anak kuliah juga biaya kesehatan bahkan urusan urusan tak terduga.

“Karena proses pinjamannya mudah, tidak berbelit, anggunan atau jaminannya ‘Kehadiran’, kami para mama ini tergoda dan lalu membuka pinjaman di semua unit layanan keuangan tersebut. Belakangan Kami baru tersadar saat pengembalian. Ternyata semangat tanggung rentengnya selalu berujung cekcok bahkan perselisihan permanen”, beber mereka.

Kenapa permohonan tanggung renteng hanya kepada SPK (Simon Petrus Kamlasi). Karena dari paparan program tiga kandidat calon gubernur, program Simon Petrus Kamlasi yang lebih membumi.

“Kami sangat yakin keluhan kami didengar dan akan ada program keberpihakan yang tentunya akan mengeluarkan kami semua dari persoalan pelik tersebut. Minimal akan terbuka peluang adanya program Siaga Renteng ataupun program lainnya demi menyelamatkan mama mama renteng yang tersebar di seluruh wilayah Nusa Tenggara Timur”, yakin mereka dan selanjutnya mengajak seluruh mama-mama renteng yang tersebar di seluruh kelompok pinjaman di seluruh wilayah Kabupaten/Kota juga di seluruh pelosok desa untuk menjatuhkan pilihan kepada Paket SIAGA.

“Mari mama-mama renteng, dukung dan pilih SPK dan pasangannya atau yang dikenal dengan paket SIAGA. Paket SIAGA pasti menang di pemilu 27 November 2024 dan pada gilirannya akan menolong kita mama-mama renteng ini”, ajak mama-mama renteng penuh semangat. (Ft***)

  • Share