Kupang, fajartimor.net-Olympiade Olahraga Siswa Nasional, yang bertujuan mendapatkan prestasi siswa di sejumlah cabang altit yang dipertandingkan di Maksar, justru dipahami Dinas P&K NTT, sebagai ajang berdarma wisata.
“Bukan kualitas bukan juga prestasi. Tapi lebih kepada pembelajaran dan terutama menyangkut keamanan dan keselamatan siswa atau peserta O2SN”.
Terkait pola pandanng mundur tersebut, kritikan pedas pun bermunculan. Sejumlah anggota parlamen provinsi Nusa Tenggara Timur mulai angkat bicara. Kepada fajartimor.net, Ketua Fraksi Gabungan, Jefri Un Banunaek yang berhasil dimintai tanggapannya mengatakan, dari sisi politik anggaran kegiatan O2SN (Olympiade Olahraga Siswa Nasional), berada di wilayah kerja Komisi V. Namun sebagai anggota Parlemen, yang memilki tanggungjawab moril, kepedulian terhadap keluhan keluhan warga, khusus keluhan kegiatan O2SN NTT, yang syarat kepentingan perlu diberi tekanan.
“Hemat saya, Keamanan penyelenggaraan O2SN di Maksar adalah bagian terpenting. Tapi dalam kegiatan ajang prestasi tersebut, keamanan dan keselamatan peserta, sudah tentu menjadi bagian dari standar pelayanan. Dan hal itu sudah berlaku dengan sendirinya”, jelas Jefri.
Menurut Jefri, Atlit atlit O2SN NTT yang dikirim ke Makasar adalah atlit yang secara kualitas telah memenuhi syarat seleksi dan dipandang bisa mengukir prestasi di ajang O2SN yang diselenggarakan di Maksar. Dan tentunya diikuti dengan dukungan kualitas pendampingan (guru/pelatih).
“kita bukan mau berperang. Altit O2SN yang kesana tidak bertujuan belajar perang. Tapi kalau mau berperang ya sekalian bawa senjata untuk perang”, sindir Jefri.
Anggaran yang telah disetujui oleh Dewan untuk kegiatan O2SN lanjut Jefri, seharusnya di gunakan secara efektif dan bertanggungjawab dalam rangka mengembangkan prestasi atlit atlit NTT. Atlit dan guru/pelatih berprestasi perlu mendapat perhatian serius pemerintah.
“Jadi dari sisi budgetir atau penganggaran yang dialokasikan dewan, yang diutamakan lebih pada berbasis kinerja. Sehingga yang nantinya dipertanggungjawabkan adalah kinerja berbuah prestasi dan bukan administrasi”, tegas Jefri.
Dikatakan, kondisi tersebut mengandaikan jika O2SN NTT, baik proses dan tahapan kegiatannya sangat berindikasi syarat kepentingan. Dan tidaklah mengeherankan, banyak atlit atlit NTT termasuk pelatih pelatih berprestasi, lebih memilih hijrah keluar untuk mengembangkan prestasinya.
“Bentuk kepedulian yang kita lakukan sebagai tindakan antisipatif adalah dengan mendistribusikan anggota fraksi gabungan di Komisi V untuk terus mengawal seluruh kegiatan termasuk kegiatan O2SN”, ucap Jefri.
Sementara Ayub Mooy Kabid Pendidikan Dasar, yang berhasil dimintai tanggapannya belum lama ini mengatakan bahwa siswa siswa O2SN NTT yang dikirim ke Makasar beserta sejumlah pendampingnya lebih menitikberatkan pada persoalan keamanan dan keselamatan peserta.
“Ini olahraga pembelajaran bukan olahraga prestasi. Makanya O2SN adanya di dinas P dan K, dan bukan di Diaspora. Sehingga yang kami utamakan adalah masalah keamanan dan keselamatan anak”, aku Ayub.
Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Drs. Sinun Petrus Manuk, yang hendak dimintai klarifikasinya terkait persoalan tersebut justru tidak berada di tempat.
“bapak lagi ke Jepang, mengikuti kegiatan pra-muka”, kata salah seorang staf dinas. (ft/bony)