Kupang, fajartimor.net – Siapakah pimpinan DPRD Provinsi NTT masa Bhakti 2019-2024, yang layak didapuk, Partai pengusung, seakan tergaris alur angin dukungan dari negeri pewaris kekuatan Naga. Faktanya dari masa ke masa, pucuk pimpinan lebih sering didominasi Ngada-Nagekeo, Ende dan Maumere. Pertanyaannya? Apakah sesudah ditinggalkan Pemimpin biduan Anwar Pua Geno, akankah diteruskan Patris Laliwolo, kader potensial PDI Perjuangan yang mampu mendulang suara pribadi diangka fantastis 22,333?
Suara sumbang, menyoal kepemimpinan DPRD NTT lima tahun kedepan, hari-hari ini menjadi perdebatan hangat, elit menengah dan akar rumput jelang penetapan dan pelantikan anggota DPRD terpilih pada pemilu serentak, Presiden-Wakil Presiden, DPD, DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota pada April 2019 belum lama ini.
Pendapat soal kader berpengalaman, punya segudang prestasi, berintegritas, berkapasitas, matang secara ekonomi, mewakili identitas tertentu, mampu meretas dukungan besar rakyat sebagai penjabaran dari ideologi partai juga segudang kemampuan lainnya, termasuk didalamnya, kemampuan mengayomi, menjaga keseimbangan, meracik perbedaan menjadi sebuah kekuatan besar rupanya terus mengerucut ke sejumlah nama beken.
Ada nama Ince Sayuna, Alex Ofong, Alo Ladi, Chris Mbuik dari partai Golkar, Nasdem, dan PKB, ada juga nama Nelson Matara, Finsen Pata, Viktor Mado Watun, Yunus Takan Dewa, Eman Kolfidus, Emi Nomleni.
Selain sejumlah nama-nama beken tersebut diatas, nama seorang Patrianus Laliwolo, pendulang suara terbanyak pribadi (22,333) yang mampu meretas rekor atas nama PDI Perjuangan disepanjang perhelatan pemilu legislatif NTT, rupanya terus menjadi pembicaraan publik.
Simpati dan dukungan kepada sang petarung muda asal Ngada-Nagekeo (Flores) ini, rupanya memantik salah seorang Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan NTT, sebut saja Gusti Demon Beribe yang dalam sebuah diskusi terbatas spot berucap jika PDI Perjuangan akan terus mengikuti dinamika politik dengan selalu mengedepankan etika dan kesantunan dalam setiap pengambilan keputusan partai.
“Ada sejumlah kriteria yang tentunya dinilai sebagai batasan partai dan nantinya menjadi aras dan dasar mengusung bakal calon pimpinan DPRD NTT ke meja kerja DPP Partai dan selanjutnya dilakukan uji kelayakan dan kepatutan”, terang Gusti.
Trend, bahwa yang sudah pernah menjabat salah satu pimpinan DPRD NTT katanya, akan masuk dengan sendirinya bukanlah sesuatu yang mutlak bagi PDI Perjuangan.
“Hemat saya, yang sudah pernah menjadi pimpinan tidak harus ikut bertarung asa. PDI Perjuangan tentunya terus berdinamika. Itu artinya, ada ruang demokrasi yang terus disediakan partai bagi kader-kader handalnya untuk bisa memberikan nilai positif dalam membangun bangsa dan negara khususnya daerah Nusa Tenggara Timur”, tegas Gusti.
Saat dikejar media soal seperti apa kriteria calon pimpinan DPRD NTT masa Bhakti 2019-2024, ketua fraksi PDI Perjuangan yang kali ini, masi harus berpacu menggapai kehormatan rakyat dalam perjuangan panjang mengatakan bahwa kriteria partai lebih menitikberatkan pada lamanya keanggotaan, ada di struktur partai khususnya di DPD Partai, sudah pernah menjadi anggota DPRD dan sejumlah kriteria lainnya.
“Salah satu kriteria yang penting yang akan menjadi perhatian serius partai baik di DPD dan DPP Partai yakni dukungan rakyat yang terukur dari seberapa besar dukungan riil rakyat di daerah pemilihan calon bersangkutan. Namun hal ini tentu akan menjadi pembicaraan serius di internal partai”, tandas Gusti.
Sementara ditempat terpisah seorang pengurus partai besutan Megawati yang kini terpilih kembali setelah lama beristirahat justru tegas mengatakan bahwa pucuk pimpinan DPRD NTT dari PDI Perjuangan sepatutnya dari daerah Flores.
“Alasan saya sederhana, agar keseimbangan antar daerah terus terjaga. Bahwa kemudian siapapun dia yang terpilih kita hormati dan kita hargai”, ucapnya.
Dinamika kriteria dan sejumlah batasannya terus berbuah darasan panjang elit partai. Namun dari kejauhan sana rakyat pemberi suara kini menanti keputusan bijak partai atas keberpihakan tanpa syarat yang telah ditoreh mereka melalui wakil wakilnya pada pemilu 17 April 2019.
Regenerasi Kepemimpinan dari Pemimpin Biduan Anwar Pua Geno yang akan mengakhiri masa jabatannya tanpa masalah layak didapuk ke Patrianus Laliwolo? Dan tentunya akan berbuah happy ending? Atau sebaliknya!. (ft/boni)