“Sembilan Ekor Kerbau Dewasa Mati”
Kupang, fajartimor.net-Masyarakat Pemilik Ternak Kerbau di Kabupaten Nagakeo dan Ngada beberapa hari terakhir ini harus urut dada. Penyebabnya, sejumlah ternak Kerbau usia dewasa mati terserang virus Septicemia Epizootica.
Laporan kematian ternak Kerbau milik warga Nagakeo dan Ngada dibenarkan Patrianus Laliwolo, Anggota DPRD Provinsi NTT, Fraksi PDI Perjuangan kepada fajartimor bertempat di Ruang Fraksi setempat pada Selasa (09/08)
“Kita sudah mendapatkan Laporan warga soal kejadian tersebut. Penyebab kematian ternak Kerbau Dewasa warga di beberapa Desa tetangga jelas terindikasi diserang Virus SE (Septicemia Epizootica). Kejadiannya semenjak tanggal 4 Agustus 2016. Dan hingga tanggal 8 Agustus 2016, kematian ternak Kerbau warga sudah mencapai angka 9 ekor”, terang Lalilwolo.
Menurutnya, Virus Septisemia Episotik (SE) kini terus menggejala dan menyerang ternak Kerbau warga baik di Kabupaten Nagakeo dan Kabupaten Ngada.
“Desa Toto di Kecamatan Wolowae, Desa Nagerawe Kecamatan Boawae Kabupaten Nagakeo dan Daerah Dakundena dan Dena Tana Kecamatan Soa (Wolomele) justru menjadi daerah sasaran serangan virus Septicemia Epizootica. Inipun fakta laporan warga yang kita terima”, jelas Laliwolo.
Langkah koordinasi kata Laliwolo, telah dilakukan pihaknya dengan pemerintah daerah dan unit unit terkait.
“Kita sudah lakukan komunikasi dengan pihak Dinas Peternakan Kabupaten setempat, Resort Kesehatan Hewan, Para Vaksinator juga semua Stakeholder termasuk pemerintah Desa dan warga, agar segera dilakukan tindakan pencegahan. Setelah berkoordinasi dengan Pihak Dinas Peternakan Provinsi, kemarin sudah ada Tim khusus yang diturunkan ke lokasi kasus yang sekaligus akan dilakukan tindakan pencegahan agar tidak mewabah ke daerah daerah sasaran lainnya”, aku Laliwolo.
Patrianus Laliwolo yang dari latarbelakang ilmu peternakan mengatakan Virus SE termasuk salah satu virus mematikan. Ternak yang terserang virus tersebut akan mati mendadak.
“Ciri cirinya, ya kembung di daerah perut, ada air liur yang berlebihan di daerah mulut, dan ternak terdengar Ngorok. Lainnya lagi, virus SE tersebut menyerang langsung ke peradangan di bagian gelambir, leher, dan organ pernapasan. Atau di bagian syaraf dan bagian pencernaan ternak (Gastro Investinal). Ini serangannya cepat, kematiannya mendadak dan trevalensinya tinggi, dan harus diingat, daya penularan penyakit tersebut pun tinggi, bisa melalui extrac, salifa, air liur, atau lewat kotoran”, tegas Laliwolo.
Virus SE dan lainnya (antrax dan kolera) yang menyerang ternak sapi, kerbau dan unggas jelas Laliwolo, justru masuk kategori virus Sonosis. Virus tersebut bisa menyerang manusia. Dan berujung kematian.
“Kita pun telah meminta dengan sangat kepada warga agar ternak yang mati terserang virus, tidak kemudian dipotong dan dikonsumsi. Sebaiknya dikubur atau dibakar. Warga pun diminta untuk waspada, sambil mengisolir ternak di kandang yang telah disiapkan, kemudian langkah preventif dan curatif sesegera mungkin dilakukan” tutup Laliwolo.
Sementara Kabid Keswan (Kesehatan Hewan) Dinas Peternakan Nusa Tenggara Timur, hingga berita ini diturunkan belum bisa didapatkan penjelasannya terkait persoalan terebut (yang bersangkutan tidak berada ditempat). (ft/boni)