Waktu itu sudah menunjukkan pukul 18.00 sore, di pinggiran kota Kefamenanu-Timor Tengah utara (TTU). Ditengah hembusan angin perbukitan sepoi-sepoi melahap waktu yang akan beranjak malam. Disisi barat perlahan mentari hampir beranjak menuju peraduan. Di belakang sebuah rumah batu dan istal kuda, tampak seorang lelaki, bercelana pendek dan berkaus putih sibuk bergelut dengan pakan ternak. Ia terlihat sibuk membenahi dan mengurus peternakan yang sudah di gelutinya sejak lama. Pria enerjik kelahiran 40 tahun silam ini bernama Raymundus Sau Fernandez.
Siapa yang tak kenal nama Raymundus Fernandez, Bupati TTU saat ini. Sosok ini benar-benar memberi inspirasi dan memberi makna berbeda bagi pejabat di NTT pada umumnya. Selain menghabiskan waktunya menjadi melayani masyarakat di daerahnya, sebagian waktunya dihabiskan dengan mengurus peternakan. Mulai dari ternak babi, kuda, kambing, unggas dan bahkan budidaya ikan tawar digelutinya dengan rajin.
Ray tak hanya beternak di lahan disekitar rumahnya. Di pelosok-pelosok desa di TTU, sosok yang aktif di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) semasa kuliah ini juga memelihara ternak dengan melibatkan masyarakat desa. Dari ternak babi hingga sapi.
Memang susah mencari Bupati yang mau terlibat pada urusan urusan yang berhubungan dengan kerjaan yang berlumpur serta dekat dengan kotor-kotor. Tapi sosok Ray benar benar memutar balikkan sosok bupati yang selalu duduk dan memerintah dari balik meja. Ray menerapkan ilmu yang ditimbah dari Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana Kupang. Bahwa ilmu adalah mati tanpa menerapkannya dalam tindakan nyata.
Bahkan kebiasaan blusukan yang dilakoni oleh presiden terpilih Joko Widodo sudah dilakoni Ray Fernandes jauh sebelum itu. Namun semua aktivitas turun ke basis masyarakat jauh publikasi. karena jalan politik yang di anut Fernandes adalah politik kesaksian bukan pencitraan.
Baginya terjun langsung kemasyarakat adalah kristalisasi dari ajaran bung karno yakni Marhaenisme. Sejalan dengan itu, keberpihakan dengan masyarakat nun jauh dipelosok pelosok desa adalah bagian dari iktiar politik yang berani di ambil sejak bergabung dengan PDIP di masa transisi era orde baru menuju jaman reformasi. Karena dijaman itu semua hal yang berkaitan dengan embel embel bung karno adalah tabu.
Kembali ke soal usaha produktif yang dikembangkannya, Lokasi peternakannya terletak di KM 5 jalur trans Kefa – Atambua langsung berada di kediaman pribadinya.
Tak sekedar menghabiskan waktu selepas berkutat dengan pekerjaan kantor yang menguras waktu dengan tenaga, Bagi Ray beternak selain menjadi hobi juga merupakan kegiatan usaha produktif. Tak terhitung jumlah ternak yang dipeliharannya.
“ Ada yang mengatakan usaha ternak ini untuk cuci uang. Padahal usaha ini sudah sejak lama saya lakukan,” ujar Fernandez membuka perbicangan dengan Savanaparadise.com ketika berkesempatan mengunjungi lokasi peternakannya belum lama ini.
Sambil mengajak mengelilingi peternakannya, Ray mengatakan usaha tersebut juga melibatkan anak kandungnya yang saat ini duduk di Sekolah Menengah Pertama. Mulai dari mengatur pakan, penjualan hingga pembukuan untuk hasil penjualan.
“ Selepas dari kantor saya ke kandang ini untuk mengurus peternakan ini. Ya setiap hari saya seperti ini,” ujarnya.
Semua dilakoninya denga tekun dan apa adanya. Tak jarang sosok yang tegas ini selalu dilekat pada isu-isu yang kontraproduktif. Memang melelahkan jika ditilik dari rasio berpikir makluk biasa. Akan tetapi kondisi ini tak membuatnya lepas dan menyerah. Karena baginya Melayani dan mengayomi masyarakat adalah cita-cita seorang pejuang. Berternak dan bergelut dengan kehidupan dengan masyarakat adalah manifestasi dari sebuah perjuangan dan kristalisasi ideologi yang dianutnya semenjak dari bangku kuliah.
Dengan mempekerjakan beberapa karyawan usaha peternakan ini terus berkembang pesat. dirintisnya sejak tahun 2000 yang lalu. Berkat kegigihannya, usaha yang dimulai dengan satu pasang anak babi kini berkembang pesat. Di kandangnya tampak puluhan ternak babi baik yang masih kecil, ukuran Sedang dan ukuran besar. Tak hanya itu, ternak kuda dan sapi tampak berjejal rapi dikandang. Bahkan di kolam ikan air tawar juga terlihat ribuan ikan siap panen. Bahkan beberapa pembeli dari pulau sumba juga meminta pasokan ternak babi dari peternakannya.
“ Bahkan ada salah satu pengusaha se,i babi di kupang yang memintah dipasok sebanyak 200 ternak babi setiap hari. Dengan permintaan ini saya tidak bisa penuhi,” ujarnya.
Dengan hasil yang ada saat ini, Ray berobsesi untuk memperluas dan meningkatkan jumlah ternak serta kapasitas kandangnya. Tentu membutuhkan modal yang sangat besar. Untuk mewujudkan obsesinya ini, Ray mengatakan memakai pinjaman bank sebagai modal usaha.
Banyak yang lebih serius untuk berteriak mengkritik tapi yang bekerja dan bekerja kerap kali lebih sedikit bahkan tidak ada. Taktala banyak Bupati di NTT yang terjebak pada kehidupan elitis namun Bupati Ray memberi contoh dan inspirasi serta tindakan nyata.(Elas Jawamara)